Selasa, 31 Juli 2012

Jack The Ripper

       Pada tahun 1888, pembunuh berantai paling terkenal sedunia berkeliaran di jalan-jalan yang kumuh dan gelap di ujung timur London. 'Jack The Ripper' alias 'Jack si Perobek', adalah pesohor pembunuh massal tulen, dan menciptakan tren bagi para maniak pembunuh yang tampaknya semakin menjamur setiap tahunnya. Misalnya, ketakutan yang menyelimuti insiden-insiden penembak misterius di Washington yang terjadi belakangan ini memiliki banyak kesamaan dengan teror yang diciptakan oleh nenek moyang para penjahat yang gemar melakukan pembunuhan ini. Dalam kasus-kasus semacam ini, dampak dari tindakan kriminak ini semakin dipertinggi oleh misteri yang menyelimuti identitas sebenarnya dari sang pembunuh. Tidak seperti banyak penirunya dari zaman modern, Jack the Ripper tidak pernah tertangkap, bahkan tidak pernah diketahui nama aslinya, dan hingga saat ini jati dirinya belum pernah terbukti dengan pasti. 

          Distrik Whitechapel London dikenal sebagai salah satu daerah termiskin di kota itu, dan pada waktu itu, menjadi tempat berkumpulnya pelacur yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Itu juga merupakan area yang menjadi fokus serangan Jack the Ripper. Tercatat bahwa dia mulai menebar teror pada 31 Agustus 1888 pagi, ketika seorang pengangkut barang di pasar melihat seorang wanita yang terkapar di dekat pintu Buck's Row di Whitechapel. Sang pengangkut barang tidak segera mendekati wanita itu, tetapi dia lebih dulu melapor ke polisi. Ketika dia tiba di tempat kejadian, dia melihat leher wanita itu mengalami luka sayatan yang dalam, dan pemeriksaan medis yang dilakukan belakangan mendapati bahwa tubuh wanita itu telah di mutilasi. Identitas wanita itu juga ditemukan: dia adalah Mary Ann Nichols yang dikenal dengan nama panggilan 'Polly', seorang pelacur berusia 42 tahun. 
          
          Sekitar seminggu kemudian, pada 8 September pukul 6 pagi, jasad seorang wanita lainnya ditemukan di jalan Hanbury, dekat Buck's Row. Dia adalah Annie Chapman seorang pelacur berusia 45 tahun, yang kepalanya nyaris terpisah dari lehernya, perutnya robek dan isinya terburai keluar. 

          Ketakutan itu mulai merebak di seluruh komunitas itu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, orang-orang memiliki publik yang rajin mengikuti perkembangan informasi terkini dan pers yang giat melakukan investigasi, yang membuat polisi merasa di bawah tekanan dalam bentuk yang baru. Para polisi tidak tidak hanya berkewajiban untuk melindungi warga London, tetapi mereka juga harus menghadapi tekanan jenis baru untuk untuk membuktikan kompetensi mereka sendiri. Seperti dalam kasus-kasus pembunuhan berantai modern, dampak dari perkiraan, mitos-mitos dan desas-desus dalam pemberitaan dalam liputan di surat kabar menimbulkan keresahan yang sangat mencekam. 

          Ketika Jack the Ripper menyerang kembali, minta warga di area Whitechapel hanya terpusat pada satu hal. Jack the Ripper tidak kecewa. Pada 30 September dini hari, seorang penjaja perhiasan untuk kostum pulang ke rumahnya di jalan Berners, di sana dia menemukan mayat Elizabeth Stride, seorang pelacur yang lehernya tergorok. Polisi bergegas mendatangi lokasi kejadian dan memeriksa jalan-jalan di sekitarnya, Jack the Ripper mengalihkan sasarannya ke Mitre Square, di kota London, dan menghabisi nyawa Catharine Eddowes. Meskipun korban the Ripper yang sebekumnya tidak dimutilasi, banyak orang yang meyakini bahwa the Ripper kepergok tengah melakukan aksi sadisnya. Mayat Eddowes dalam kondisi yang kurang bagus, dan didapati bahwa isi perutnya sudah terburai.


Malam itu dikenal sebagai ‘peristiwa ganda’ dan menjadi fokus dari banyak surat yang dilayangkan kepada polisi. Meskipun sebagian besra surat itu datang dari anggota masyarakat yang menawarkan saran-saran, beberapa orang menduga bahwa ada surat-surat tertentu yang kemungkinan besar berasal dari Jack the Ripper sendiri. Salah satu surat yang tertanggal 28 September bernada mendorong dan menggoda polisi, dari situlah muncul julukan  Jack the Ripper, sesuai dengan tanda tangan si pengirim surat. Yang kedua datang dalam bentuk kartu pos yang tertanggal 1 Oktober dan menyinggung masalah ‘peristiwa ganda’ pada malam sebelumnya. Surat ketiga dikirim via pos 14 hari kemudian, bahkan bersama surat itu disertakan bagian dari sebuah ginjal yang menurut pengakuan si pengirim itu diambil dari tubuh Catharine Eddowes. Meskipun polisi mencurigai bahwa kemungkinan surat-surat itu dikirim oleh orang eksentrik yang terobsesi dengan kasus Jack the Ripper, atau mungkin bahkan dari orang iseng yang mencoba mempermainkan polisi, ginjal yang disertakan pada surat yang ketiga itu sudah mengkerut dan memperlihatkan tanda-tanda adanya penyakit. Fakta menariknya adalah bahwa almarhumah Eddowes itu bukan hanya seorang pecandu alcohol, tetapi dia juga menderita penyakit Bright, dan ginjal ini menunjukkan semua tanda-tanda bahwa itu diambil dari tubuh orang yang sakit.

      Polisi yakin bahwa mereka telah menemukan suatu pola dari serangkai pembunuhan untuk pertama kalinya terjadi pada 31 Agustus, yang kedua pada 8 September, sedangkan yang ketiga dan keempat pada 30 September. Mereka yakin bahwa pembunuhan yang berikutnya akan terjadi pada 8 Oktober, tetapi ternyata Jack the Ripper tidak beraksi selama sebulan itu. Pembunuhan terakhirnya yang terjadi pada 9 November di Miller’s Court, sebuah bangunan yang tidak jauh dari lokasi kejadian pembunuhan-pembunuhan yang sebelumnya. Jenazah pelacur yang lain, Mary Jane, 24 tahun, ditemukan oleh pemilik kamar sewaannya, dengan tubuh yang termutilasi total. Kali ini, pembunuhan itu terjadi di dalam bangunan, dan sepanjang malam sang pembunuh telah memotong-motong mayat korbannya.

          Meskipun diduga bahwa Jack the Ripper adalah dalang dibalik kelima kasus pembunuhan itu, ada kemungkinan bahwa dia telah membunuh dua atau tiga wnaita lainnya lagi di London sekitar waktu itu. Akan tetapi, polisi tidak berhasil mengungkapkan nama asli dari pelaku kejahatan itu, dan pihak kepolisian pun mengeluarkan kebijakan tentang pembatasan pengungkapan informasi agar tidak terlalu meresahkan publik. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum bagi warga London bahwa upaya polisi untuk mendapatkan identitas asli Jack the Ripper itu terbukti tidak membuahkan hasil. Tetapi beberapa orang dari kalangan penegak hokum memiliki teori mereka sendiri, dan banyak dokter polisi yang memeriksa tubuh para korban itu berpendapat bahwa kemungkinan Jack the Ripper pernah mengikuti pelatihan medis. Pada tahun 1894, polisi menjadi pimpinan di Armada Polisi Metropolitan, Sir Melville Macnaghten, menulis suatu laporan yang menyatakan bahwa Montague John Druitt, seorang ahli hokum yang bunuh diri tidak lama setelah kasus pembunuhan Kelly, adalah orang yang memiliki kemungkinan terbesar sebagai tersangka. Pada waktu itu, Macnaghten yakin bahwa Druitt juga seorang dokter yang terlatih, tetapi penelitian yang dilakukan setelah itu membuktikan bahwa dugaan Macnaghten itu tidak benar.

          Macnaghten juga menyodorkan dua nama lain yang diduga sebagai Jack the Ripper. Salah satu dari nama itu adalah Aaron Kosminski, seorang Polandia keturunan Yahudi yang tinggal di wilayah Whitechapel dan dimasukkan di rumah sakit jiwa pada bulan Maret 1889. Meskipun salah seorang kepala tim investigasi, Robert Anderson, memiliki keyakinan yang kuat bahwa Kosminski adalah tersangka yang selama ini dicari-cari, tetapi perilaku Kosminski yang tercatat selama dia mendekam di rumah sakit jiwa itu tidak menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada dugaan bahwa dia adalah seorang pembunuh berantai. Nama terakhir yang disodorkan Macnaghten, yaitu Michael Ostrog, adalah seorang Rusia yang sinting. Alih-alih menjadi tersangka perilaku tindak criminal dan diduga terlatih dalam bidang medis, perilakunya dalam kondisi-kondisi pengamatan juga tidak mengindikasikan bahwa dia memiliki kemampuan sebagai pembunuh berantai. Bertahun-tahun kemudian, para peneliti Jack the Ripper telah memiliki dugaan terhadap Dr. Francis Tumblety, seorang dokter berkebangsaan Amerika yang terbang meninggalkan London tidak lama setelah rangkaian pembunuhan itu terjadi. Alih-alih mempertimbangkan kemungkinan bahwa Tumblety adalah si tersangka yang selama ini diburu, polisi mencoret nama itu dari daftar penyelidikan mereka.

          Seperti banyak misteri lainnya, identitas Jack the Ripper ini telah menjadi bahan pemikiran para ahli teori konspirasi. Ini telah membuat orang-orang dari berbagai kalangan para anggota keluarga kerajaan, para pelayan kerajaan, polisi-polisi berpangkat tinggi, mata-mata dari Rusia, bahkan para penginjil yang berapi-api  dicurigai telah menyembunyikan jati diri Jack the Ripper. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir ini, ada suatu penelitian yang dilakukan oleh Patricia Cornwell, seorang penulis novel berlatar belakang kasus-kasus criminal. Dia merogoh koceknya sendirisebesar $4 juta untuk melakukan investigasi terhadap kemungkinan adanya keterkaitan antara Jack the Ripper dengan Walter Sickert, seorang pelukis impresionis yang mungkin memiliki hubungan dengan Whitechapel sekitar tanggal-tanggal terjadinya pembunuhan berantai itu. Dua puluh tahun setelah terjadinnya pembunuhan berantai itu, Sickert membuat serangkaian lukisan yang menggambarkan tentang kematian pelacur-pelacur yang tewas dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Cornwell telah menggunakan teknologi-teknologi modern dan pengamatan-pengamatan yang intens terhadap karya Sickert, sehingga Cornwell yakin bahwa Sickert adalah si tersangka, dan dia mempertaruhkan repurtasinya terhadap dugaan bahwa Sickert adalah Jack the Ripper.

          Seperti halnya kepolisian Victorian London, para peneliti modern Jack the Ripper ini pun saling tidak menyetujui pendapat satu sama lain. Ada begitu banyak orang yang berperilaku buruk yang berkeliaran di London pada masa itu, sehingga hampir semuanya dapat diduga memiliki kaitan dengan pembunuhan berantai itu. Seiring berjalannya tahun, kebenaran itu pun semakin kabur, munculnya dugaan-dugaan tersangka yang berbeda pun semakin banyak, sementara bukti pasti yang menyimpulkan jati diri Jack the Ripper itu pun telah menghilang dalam kabut waktu.

Sabtu, 28 Juli 2012

I Love You, Good bye - Celine Dion (Lyrics)

Wish I could be the one
The one who could give you love
The kind of love you really need
Wish I could say to you
That I'll always stay with you
But baby that's not me
You need someone willing to give their heart and soul to you
Promise you forever, baby that's something I can't do
Oh I could say that I'll be all you need
But that would be a lie

I know I'd only hurt you
I know I'd only make you cry
I'm not the one you're needing
I love you, goodbye

I hope someday you can find some way to understand I'm only doing this for you
I don't really wanna go
But deep in my heart I know this is the kindest thing to do
You'll find someone who'll be the one that I could never be
Who'll give you something better
Than the love you'll find with me

Oh I could say that I'll be all you need
But that would be a crime
I know I'd only hurt you
I know I'd only make you cry
I'm not the one you're needing
I love you, goodbye

Leaving someone when you love someone
Is the hardest thing to do
When you love someone as much as I love you

Oh I don't wanna leave you
Baby it tears me up inside
But I'll never be the one you're needing
I love you, goodbye

Baby, its never ganna work out
I love you, goodbye


Minggu, 15 Juli 2012

from Toxel

Bathroom Gadget
 Billboard
 Elevator
 Elevator
 Pantene escalator ads
 FlashDisk gadget
 Pepsi mini
 Shampoo ad
Building